Arsip Tag: Jurnalistik

Jurnalisme Data dan ‘Big Data’

Apakah jurnalisme data adalah istilah yang dibuat-buat padahal jurnalisme itu memang seharusnya berdasarkan pada data?

Apakah tugas jurnalis hanya menuliskan dan membunyikan data-data tanpa konteks dan tidak menganalisisnya menjadi informasi yang lebih berguna? Baca lebih lanjut

Teknik Penulisan Artikel

Teknik Penulisan Artikel – Cara Menulis Artikel Opini. Pengertian, Karakteristik, Proses, Struktur Naskah.

PENGERTIAN ARTIKEL

  • Karya tulis yang disusun untuk mengungkapkan PENDAPAT seorang penulis atas suatu FAKTA/DATA/ PENDAPAT orang lain berdasarkan rangkaian LOGIKA tersendiri.
  • Tulisan lepas berisi opini seseorang yang MENGUPAS tuntas suatu masalah tertentu yang sifatnya AKTUAL dan atau KONTROVERSIAL dengan tujuan untuk memberitahu (INFORMATIF), memengaruhi dan meyakinkan (PERSUASIF ARGUMENTATIF), atau menghibur khalayak pembaca (REKREATIF).

KARAKTERISTIK ARTIKEL

  • Ditulis dengan atas nama (by line story)
  • Mengandung gagasan aktual dan atau kontroversial
  • Gagasan yang diangkat harus menyangkut kepentingan sebagian besar khalayak pembaca.
  • Ditulis secara referensial dengan visi intelektual
  • Disajikan dalam bahasa yang hidup, segar, populer, komunikatif
  • Singkat dan tuntas
  • Orisinal

STRUKTUR ARTIKEL

  • Judul
  • Alinea Pembuka (Lead)
  • Alinea Penjelas (Batang Tubuh)
  • Alinea Penutup (Ending)

CARA MENULIS ARTIKEL

  1. Pilih tema
  2. Tentukan judul (bisa juga ditentukan belakangan)
  3. Susun alinea pertama
  4. Uraikan tema dalam beberapa alinea penjelas (tergantung panjang-pendek tulisan)
  5. Perhatikan format/gaya penulisan (ilmiah atau populer?)
  6. Eksploitasi data/ referensi penting
  7. Simpulkan pendapat dalam alinea penutup (jadilah draf awal artikel)
  8. Edit ulang draf awal (judul bisa ditentukan saat ini)
  9. Draf final artikel (langsung dikirimkan ke media massa, atau dimintakan pendapat orang lain sebagai proof reader)

Memilih Tema

  • Eksplorasi gagasan seluas mungkin (banyak membaca, mendengar, berdiskusi)
  • Pilih tema yang relevan dengan minat/ bidang kompetensi
  • Pilih tema yang aktual (sedang hangat dan jadi perbincangan publik)
  • Tentukan sikap atas tema/masalah yang akan dibahas (pro atau kontra?)

Memilih Judul

  • Judul mewakili tema yang akan dibahas atau pendapat yang akan diajukan
  • Singkat (3 – 5 kata) dan padat (sarat makna)
  • Menarik dan menggugah orang untuk membaca tulisan secara keseluruhan
  • Gunakan istilah/idiom populer

Susun Alinea Pertama

  • Satu alinea biasa mengandung satu pokok pikiran
  • Uraikan inti masalah dengan singkat (3-5 kalimat)
  • Alinea pertama mengandung pokok pikiran UTAMA atau tesis yang akan dipertahankan
  • Sifatnya, apakah menanggapi opini orang lain atau mengajukan opini tersendiri
  • Pilihan bentuk alinea bervariasi

Susun Alinea Penjelas

  • Uraikan pokok pikiran utama (main idea) menjadi beberapa pokok pikiran penunjang/ turunan
  • Setiap pokok pikiran itu disusun dalam alinea tersendiri
  • Hubungkan satu alinea dengan alinea selanjutnya dengan jembatan pikiran (bridging) yang kuat
  • Hubungan antar alinea bisa bersifat:
  1. – kronologis (waktu)
  2. – spasiologis (ruang)
  3. – kausalitas (sebab-akibat)

Mengolah Gaya Penulisan

  • Ada tiga gaya utama:
  1. Deskripsi, memerikan fakta apa adanya secara detail
  2. Narasi, menguraikan fakta secara kronologis/ spasiologis
  3. Argumentasi, menjelaskan fakta dan sebab-akibat yang melatarinya
  • Kembangkan gaya yang cocok dengan karakter penulis atau tema yang dibahas
  • Setiap gaya memiliki efek yang berbeda kepada pembaca

Eksploitasi Data atau Rujukan

  • Data penting untuk memperkuat tesis yang diajukan
  • Referensi penting untuk menunjukkan bahwa semua pendapat yang sama/ berbeda sudah dipertimbangkan
  • Kutipan data/referensi dalam format sederhana, karena panjang artikel terbatas

Simpulkan Pendapat dalam Alinea Penutup

  • Simpulkan uraian yang terdapat dalam Alinea Penjelas dalam alinea penutup
  • Konfirmasi Alinea Penutup/Simpulan dengan Alinea Pertama/Pendapat Awal yang telah diajukan
  • Gunakan kalimat yang menggugah, bukan memaksakan kehendak
  • Buka kesempatan orang lain untuk berbeda pendapat, bukan merasa benar sendiri

Mengedit Tulisan

  • Selesaikan Draf Awal tulisan, apapun bentuknya, jangan ditunda-tunda
  • Endapkan tulisan awal selama beberapa waktu, lalu cari inspirasi/kesibukan, namun tetap perhatikan deadline/batas tenggat
  • Tinjau ulang Draf Awal dan periksa dari segi substansi, struktur argumentai atau gaya penulisannya
  • Lakukan koreksi mulai dari yang mudah: standar bahasa, validitas data/referensi hingga yang sulit keandalan argumentasi

Menyebarkan/ Memasarkan Tulisan

  • Kirimkan draf tulisan kepada sejumlah kawan yang memahami standar penulisan yang baik (minta koreksi dan penilaian)
  • Perbaikan draf tulisan berdasarkan masukan dari semua pihak dan juga pembacaan ulang sendiri (jadilah Draf Final)
  • Kirimkan artikel ke media massa yang sesuai dan minta alasan/komentar, jika artikel tak dimuat
  • Jaga hubungan baik dengan Editor Opini di sejumlah media, sehingga tahu kebutuhan artikel macam apa yang bisa diakomodasi media
  • Simpan artikel yang SUDAH dimuat atau yang BELUM dimuat di media, jadikan khazanah pemikiran pribadi

REFERENSI:

  • Romli, Asep Syamsul M, 2001. Jurnalistik Terapan. Batic Press, Bandung.
  • Sumaidira, AS Haris. 2005. Menulis Artikel dan Tajuk Rencana: Panduan Praktis Penulis dan Jurnalis Profesional. Simbiosa, Bandung.
  • Waluyo, Sapto. 2008. Teknik Menulis Artikel Opini. Bahan Pelatihan Jurnalistik PPSDMS Nurul Fikri, Jakarta.

 

3 Pilar Kemerdekaan Pers

Ketua Dewan Pers, Prof Dr M Nuh mengingatkan pemerintah dan stakeholders lainnya menempatkan posisi media massa secara pas. Posisikan media massa sebagai komplemen, bukan suplemen.

Hal itu dikatakan M Nuh saat kegiatan Media Gathering yang digelar Bupati Magetan, Dr Suprawoto di Pendopo pemkab setempat beberapa hari lalu. “Jadikan media massa sebagai komplemen dan jangan tempatkan sebagai suplemen,” katanya mengingatkan.

Kegiatan ini diikuti sejumlah pejabat dan pimpinan OPD di lingkungan Pemkab Magetan, wartawan, dan pimpinan media massa dari Surabaya.

M Nuh mengutarakan, pentingnya tiga pilar untuk mewujudkan kemerdekaan pers. Apa saja? Pertama, kompetensi wartawan. Hal itu menjadi kebutuhan mutlak, di mana wartawan kompeten yang bisa menegakkan dan mengisi kemerdekaan pers.

“Tidak mungkin kemerdekaan pers diisi wartawan yang tak berkompeten,” katanya.

M Nuh mengapresiasi langkah dan program yang dijalankan PWI Jatim dalam konteks ini. Program UKW PWI Jatim yang telah dijalankan sebanyak 27 angkatan merupakan program konkrit untuk mewujudkan wartawan berkompeten.

“Program tersebut layak diteruskan di kemudian hari,” ujarnya.

Pilar kedua adalah proteksi hukum yang diberikan negara kepada wartawan dan media massa.

M Nuh mengutarakan, sangat tidak mungkin kemerdekaan pers bisa ditegakkan dan dijalankan di tengah perlindungan hukum yang lemah kepada wartawan dan media massa.

Dia memandang UU Nomor 40/1999 tentang Pers cukup memadai untuk memberikan proteksi kepada wartawan.

Selain itu, dalam perspektif lain, wartawan juga diingatkan jangan pongah dan takabur dalam menjalankan profesinya. Sebab, wartawan dan media massa hakikatnya juga diawasi. Secara personal, warga negara bisa mengajukan hak jawab dan hak koreksi terkait pemberitaan yang dinilai keliru dan merugikan kepentingannya.

Secara kolektif, tambahnya, komunitas masyarakat bisa membentuk media watch untuk mengawasi dan mengontrol kinerja wartawan dan media massa. Secara kelembagaan negara, dibentuk Dewan Pers yang berfungsi mengawal dan mengawasi kehidupan pers nasional agar tetap dalam koridor Kode Etik Jurnalistik dan regulasi pers lainnya.

Sedang pilar ketiga adalah kesejahteraan wartawan. Dalam hal ini, M Nuh mengingatkan pemilik media massa harus memiliki komitmen kuat untuk memberikan kesejahteraan wartawannya dan meningkatkannya dari tahun ke tahun. Sebab, tak mungkin kemerdekaan pers ditegakkan wartawan yang dari aspek kesejahteraan belum selesai.

Hal lain yang diingatkan M Nuh kepada media massa dan wartawan adalah pentingnya menjalankan fungsi dan peran media massa secara konsisten.

Berdasar UU Nomor 40/1999, fungsi pers antara lain informasi, pendidikan, hiburan, kontrol sosial, dan wahana ekonomi bisnis. M Nuh menguraikan lebih dalam lagi tentang fungsi dan peran pers dalam perspektif masa depan.

Apa saja? Menurut M Nuh, pers juga mengemban tugas untuk mencerdaskan warga negara, memberdayakan dan mencerahkan masyarakat, dan menumbuhkan nasionalisme di kalangan warga negara. Atas semua fungsi dan peran pers tersebut, faktor kemerdekaan pers berada di posisi penting dan strategis.

“Yang menjaga kemerdekaan pers itu bukan sekadar masyarakat pers itu sendiri, tapi kita semua secara keseluruhan. Makanya jangan tempatkan pers sebagai suplemen, tapi komplemen. Sebab, tanggung jawab melakukan check and balances tak mungkin diserahkan kepada individu, tapi harus kepada lembaga yakni media massa,” tegas M Nuh. [beritajatim.com]

Jurnalisme Buruh

Jurnalisme Buruh (Labour Journalism) bisa dipahami dalam dua sisi. Pertama, pemberitaan tentang buruh atau pekerja. Kedua, aktivitas jurnalistik yang dilakukan buruh/pekerja.

Jurnalisme buruh dalam pengertian pertama sudah berjalan. Umumnya, pemberitaan tentang buruh berkaitan dengan aksi demonstrasi, upah, PHK, atau kecelakaan kerja.

Jurnalisme buruh dalam pengertian kedua masih minim. Baca lebih lanjut

Jurnalistik Dasar

Jurnalistik Dasar. Pengantar Jurnalisme.

Tahapan Kerja Jurnalistik

Rapat Redaksi — Peliputan/ Pengumpulan sumber berita — Penulisan — Penyuntingan — Penyiaran/ Publikasi

Penyusunan Informasi

Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (Editorial Department), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor. Baca lebih lanjut